Bullying dalam Sejarah: Kisah Inspiratif Dari Nabi Yusuf Yang Ada di Al-Qur’an
Bullying adalah segala bentuk perundungan, penindasan atau kekerasan, yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat. Tujuan dari bullying ini untuk menyakiti orang lain dan dilakukan terus menerus.
Secara historis, perundungan sudah ada sejak lama. Tindakan intimidasi yang dikenal dan terkenal secara historis termasuk Nabi Yusuf yang diintimidasi oleh saudara-saudaranya. Bahkan, kisah ini diabadikan dalam Al-Quran sebagai hikmah dari Allah SWT.
Kisah Inspiratif Nabi Yusuf
Nabi Yusuf adalah anak Nabi Yaqub dan ibunya Rahel yang meninggal ketika Nabi Yusuf masih muda. Nabi Yusuf mempunyai 11 saudara, termasuk satu saudara laki-laki kandung dan 10 saudara tiri. Dalam kasusnya, perundungan yang dilakukan saudaranya terhadap Nabi Yusuf karena kecemburuan sosial. Karena Nabi Yaqub lebih menyayangi Nabi Yusuf dan saudaranya Bunyamin.
Terkait hal ini, Allah SWT mengisahkannya dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 8-10: “(Ingatlah) ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudara (kandung)-nya lebih dicintai Ayah daripada kita, padahal kita adalah kumpulan (yang banyak). Sesungguhnya ayah kita dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian Ayah tertumpah kepadamu dan setelah itu (bertobatlah sehingga) kamu akan menjadi kaum yang saleh. Salah seorang di antara mereka berkata, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkan saja dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir jika kamu hendak berbuat”.
Bullying Pada Nabi Yusuf
Perundungan dialami ketika Yusuf kecil diajak saudara-saudaranya bermain dan menggembala bersama. Saat itulah, saudara Nabi Yusuf melakukan perundungan. Mereka memukuli Yusuf kecil hingga hampir membunuhnya.
Mereka membawa Yusuf kecil ke sebuah sumur, menanggalkan pakaiannya dan hendak memasukkannya ke dalam sumur. Ketika mereka mencoba melemparkan Yusuf kecil ke dalam sumur, mereka berkata: “Panggil matahari, bulan, dan sebelas bintang untuk menyelamatkanmu!” (Ibnul Ashir, 125). Saudara-saudaranya itu pulang ke rumah, membawa pakaian Yusuf kecil yang berlumuran darah palsu dan berpura-pura menangis, menipu ayahnya bahwa Yusuf telah dimakan serigala.
Nabi Yusuf kemudian ditemukan oleh beberapa musafir yang lewat di dekat sumur. Dia dijual sebagai budak, dibeli oleh seorang menteri dari Mesir dan diadopsi. Nabi Yusuf mengalami suka duka dalam hidupnya hingga kemudian dipercaya sebagai Menteri Perekonomian Mesir pada saat ia berhasil mengatasi krisis ekonomi yang terjadi. Dia memaafkan saudara-saudaranya dan pindah ke Mesir bersama keluarganya. Kisah perundungan yang dialami Nabi Yusuf diabadikan dalam Al-Qur’an, agar menjadi pelajaran bagi manusia sepanjang zaman Wallahu a’lam.