Mahkota Sang Penjual: Martabat di Balik Jajanan Sederhana
Islam mengajarkan kita menjadi hamba yang kuat dan tidak putus asa dengan rahmat Allah Swt. Kita didorong untuk bekerja keras.
Saya pernah melihat perempuan (dengan penampilan yang menunjukan dirinya) kaya, hendak membeli jajan sederhana yang dijajakan ibu-ibu tua di pinggir jalan. Jajan tersebut seharga Rp. 7.000, dan perempuan kaya ini tadi membayarnya dengan uang Rp. 100.000 serta tidak meminta kembalian.
“Ambil saja, Bu,” kata perempuan tersebut.
Tanpa diduga, ibu penjual itu mengambil jajanan yang sudah berada di tangan perempuan tadi sembari berkata, “maaf mbak, saya jualan, bukan peminta maupun pengemis.”
Saya tertegun, uang Rp. 100.000, diabaikan begitu saja. Dan kejadian itu menegaskan, ternyata anggapan bahwa uang bisa membeli segalanya ialah sebuah kesalahan. Kisah tadi menjadi buktinya.
Ibu tua penjual jajanan itu masih memiliki “hiasan mahkota” di hidupnya.
“Pantang meminta-minta adalah hiasan orang miskin, dan syukur adalah hiasan orang kaya.”
(Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra.)
dari hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dalam Shahih Muslim nomor 1041. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, sesungguhnya ia telah meminta bara api; terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyaknya.” (HR Muslim)
Sudah jelas, bahwa meminta-minta itu dilarang, larangan ini semata-mata untuk menjaga martabat sebagai makhluk Allah Swt yang diciptakan sempurna, agar manusia hanya meminta pertolongan kepada Allah Swt. Dan tidak menghinakan diri di hadapan manusia, serta tidak meninggalkan kewajiban untuk terus berikhtiar. Gabung bersama SIT Permata Mojokerto dan berikan anak Anda pendidikan berkualitas yang penuh nilai-nilai islami. 🌟 Daftar sekarang melalui tautan berikut untuk memulai perjalanan pendidikan yang cerah! 👉 ppdb.sitpermata.id