Setiap dari kita memiliki peluang menjadi pemimpin, tapi… tidak semua bisa menampilkan wibawa kemimpinannya.
Sebagai pengantar, kita coba untuk memahami lebih dulu arti dari wibawa. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), wibawa merupakan pembawaan yang dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik (sehingga disegani dan dipatuhi).
Kewibawaan didapat dari proses panjang, dan yang memiliki kesadaran serta memahami jika memimpin itu tidak sekadar memberikan instruksi yang sebatas manajerial, tetapi juga harus mampu menaburkan benih-benih inspirasi.
Dalam sebuah kepemimpinan, pemimpin harus bisa memberikan energi positif berupa rasa percaya dan aman. Pemimpin yang mampu memberikan energi positif itu akan menjadikan kepemimpinannya berwibawa, yang mampu mendistribusikan kearifan, pengetahuan, solusi, serta harmoni bagi orang di sekelilingnya.
Pemimpin juga harus memiliki karakter “kuat”, yang mengutamakan dan mendahulukan kepentingan umat, serta yang terpenting adalah mampu menegakkan keadilan, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al Quran, Surat Al-Maidah Ayat 8: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan“.
Pemimpin yang ingin kepemimpinannya berwibawa hendaknya terus selalu berupaya menyempurnakan keilmuannya, tidak angkuh dan tentunya berangkat atas dasar ketakwaan bukan atas dasar nafsu dan keserakahan.