SIT Permata Kota Mojokerto

Tunas Keikhlasan

Tampak terkenal dengan nama baik, merupakan  hal yang disukai dan digandrungi oleh kebanyakan orang. Tak mengapa, toh memang yang harus menjadi out-put sebagai manusia ke manusia adalah wujud dari akhlak (kebaikan dan keindahan). Namun, perlu juga didalami, jauh menyelam lebih dalam…  apakah kenampakan yang dihadirkan murni ikhlas dari akhlak ?… atau ada selipan bagian yang didampingi nafsu yang harus ditaklukan.

Nafsu keinginan menjadi terlihat baik (pencitraan) adalah godaan yang sangat besar bagi manusia. Kenapa demikian? Sebab ketenaran/popularitas dengan citra yang baik merupakan kesenangan atau kebahagiaan seseorang yang dapat membuat hati seorang hamba terlena dari Allah SWT.

Ikhlas Itu Bagaikan Tunas, Harus Dipupuk Sejak Kecil

Syaikh Ibnu ‘Athaillah memberi gambaran bahwa“Ikhlas itu bagaikan tunas atau biji. Agar biji atau tunas dapat tumbuh dan berbuah dengan sempurna, maka biji itu harus ditanam atau dibenamkan ke dalam bumi. Apabila biji itu hanya diletakkan di atas tanah, maka bisa jadi ia tidak bisa tumbuh dan bahkan akan dimakan oleh burung. Seandainya biji yang hanya diletakkan dipermukaan tanah tersebut dapat tumbuh, maka akarnya tentu tidaklah kuat dan kokoh, ia dengan mudah akan roboh diterpa angin.”

Dan pada akhirnya, keikhlasan dalam kehidupanlah yang utama. Bukan lagi bicara tentang mendamba eksistensi maupun mencintai kesunyian, bukan terkenal ataupun tidak populer.

Sayyid Abu Al-Abbas mengatakan “Barangsiapa yang mencintai eksistensi maka dia menjadi ‘hamba eksistensi’. Siapa yang mencintai kesunyian maka dia menjadi ‘hamba kesunyian’. Dan barangsiapa mencintai Allah maka dia menjadi ‘hamba Allah’. Baginya sama saja apakah eksis atau tidak (dia hanya menghamba pada Allah).

Semoga bermanfaat dan barokah


Leave a Reply

Your email address will not be published.

*